Berbisnis dengan Teman? Yay or Nay?

Jika ingin bahagia dan sukses, jangan jadi karyawan (Bob Sadino)

Katanya om Bob sih begitu ses~tapi kita tidak akan memperdebatkan soal jadi karyawan atau pengusaha. Kali ini, yang ingin saya bahas adalah; apa sih yang perlu kita cermati sebelum memutuskan untuk berbisnis dengan teman. Apalagi teman yang dirasa sudah dekat. Karena, urusan pertemanan dengan urusan bisnis itu jelas dua hal yang berbeda, ya bisa sih bisnisnya dilandasi rasa kekeluargaan. Tapi yakin kamu masih sanggup kerja sendirian dikala kamu juga harus mengerti kesibukan rekan sekaligus teman bisnismu itu? Hihi. Tolong dijawab dengan jujur yaaaa.

Memangnya saya ahli dalam berbisnis? Tidak, saya masih merintis. Memangnya saya sukses dalam hal membangun bisnis dengan teman? Tidak, saya pernah gagal. Lalu kenapa saya mau menuliskan ini? Karena saya ingin berbagi pengalaman, agar apa yang saya alami jadi pelajaran bagi banyak orang.

Biasanya, bisnis bareng teman, apalagi teman yang dirasa sudah dekat itu memang awalnya yaaa karena kedekatan itu sendiri. Sering ngobrol ngalor ngidul berdua-bertiga-berempat, tiba-tiba tercetuslah ''Eh, kita bisnis ini aja yok'' atau ''Eh, kita jualan ini aja yok''. Sampai berujung, ngobrolin konsep yang jauh lebih serius, dan lain-lain. Konsep itu bagus, bagus sekali malahan. Tapi yang sering terlupakan diluar konsep? BUANYAAAK.


ilustrasi berbisnis (sumber: google.com)

Jadi, apa saja yang harus dicermati. Yuk disimak.

1. Samakan Persepsi dan Ekspektasi

Jangan kira kamu dan doi karena banyak kesamaan dan berteman sudah lama, jadi merasa ''aku sudah sejalan kok dengan doi". Hal itu adalah BIG NAY!. Manusia itu dinamis beb. Bisa jadi nanti ketika usaha kalian sedang ada di puncaknya, salah satu cabut karena kepentingan kalian sudah berbeda atau bisa jadi nanti ketika usaha kalian sedang ada di titik terbawah, kalian malah main salah-salahan. Usaha jalan enggak, temenan bubar iya. Oleh karena itu penting banget untuk menyamakan persepsi dan ekspektasi di awal supaya kalian bisa mengelola yang dinamakan 'bahagia' dan 'kecewa' serta 'sukses' dan 'gagal'. Karena semuanya serba relatif.

Buat saya, persepsi dan ekspektasi dalam berbisnis tuh meliputi; apakah bisnis yang akan kalian bangun nanti akan menjadi kepemilikan bersama atau ditentukan dari besarnya porsi permodalan dan atau kerja? Apakah bisnis yang akan kalian bangun nanti akan menjadi bisnis serius atau hanya iseng-iseng berhadiah? Apakah bisnis yang akan kalian bangun nanti akan berdampak pada kesibukan anda lainnya? Apakah salah satu dari kalian ingin percepatan bisnis sementara yang lainnya selow ae?Apakah yang akan kalian lakukan nanti jika bisnis ini gagal dan malah meninggalkan hutang disana-sini? Apakah yang akan kalian lakukan nanti jika salah satu atau beberapa personil bisnis izin undur diri karena berbagai pertimbangan? Apakah yang akan kalian (silakan lanjutkan). Yang jelas, persepsi dan ekspektasi ini penting dan harus dibicarakan dengan pikiran yang waras dan hati yang lapang.

Tambahannya, komitmen calon rekan bisnis kalian akan nampak lho saat kalian tahu bagaimana persepsi dan ekspektasinya terhadap bisnis yang akan dijalankan.

2. Sering-sering Bangun 'Chemistry' Bisnis

Menurut saya, obrolan kalian tuh harus naik level. Kurang-kuranginlah curhat-curhat menye saat kalian sedang ngobrolin perkara bisnis. Kenapa? karena penting bagi kalian untuk upgrade skill kalian. Kalian mungkin tidak berangkat dari latar belakang yang sama atau bahkan kalian kudu 'babat alas' dalam menjalani bisnis, maka harus mau untuk belajar lebih banyak. Chemistry bisnis ini juga yang menjadikan kalian lama-lama terbiasa dengan mindset 'rekan kerja' ketimbang banyak nggak enakannya karena sudah sahabatan lama.

Pergilah ke seminar-seminar pengembangan diri dan bisnis bersama, atau konsultasi ke mentor bareng-bareng supaya kalian bisa mendapat suntikan semangat bersama-sama. Nggak enak banget loh yang satu semangat yang lainnya enggak, nyeri beb!

3. Tulis Semuanya di Atas Kertas dan Sepakati Bersama

Yak! Mau nantinya tuh bisnis sukses atau gagal, semuanya harus ada hitam diatas putih. Persahabatan kalian mungkin saja abadi, tapi beda hal dengan yang satu ini. Urusan permodalan, urusan pembagian kerja, deskripsi pekerjaan, target pekerjaan, waktu bekerja, pembagian hasil, pembagian kerugian, bahkan hal-hal tak terduga yang bisa saja terjadi tanpa kalian prediksi, kalian harus tahu bagaimana penyelesaiannya nanti. Jangan lupa juga untuk menyepakatinya bersama, tanda tangan sama-sama deh disitu.

4. Fokus, Disiplin, Kerja Keras, dan Kurangi Julid

Sekarang tinggal actionnya deh! Kalian harus fokus terhadap pengembangan bisnis, disiplin terhadap apa yang sudah disepakati, kerja keras untuk meraih impian bersama, dan yaudah sih jangan sering-sering julid, apalagi julid sama teman sendiri. Ya Robbi. Ingat, penting juga untuk selalu menyemangati satu sama lain. Pastikan kalian selalu dikelilingi lingkungan yang positif, agar budaya kerja kalian juga merupakan budaya yang saling menghargai satu sama lain. Kadang-kadang yang kayak gini-gini susah banget untuk dikomunikasikan lho, padahal gimana mau kerja enak kalau ada hal-hal yang belum terselesaikan? *cielah*.


Nah, kalau kalian mau berbisnis dengan teman ya monggo-monggo aja, asal jangan lupakan banyak koridornya. Katanya sih, two is better than one. Ya asal jangan yang dapet untung banyakan yang kerja sendirian, haha. Toh, kalau kamu googling sendiri, kamu akan dapat banyak kisah inspiratif mereka yang sukses berbisnis bersama teman-temannya.

Gimana? Kamu mendingan cari teman bisnis apa teman hidup?


Komentar

  1. Cari pasangan hidup sama pasangan bisnis sama susahnya. Biar efisien sih cari yang sekalian dua-duanya :))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer