Mengatur Urusan Rumah Tangga agar Ibu Tetap Waras
`The early years matter
because, in the first few years of life, more than one million new neural
connections are formed every second`
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Selarik kata pengingat (yang
diunggah di akun pribadi milik teman saya) tersebut merupakan titik balik saya
untuk bertobat dari seringnya saya berkutat terhadap urusan rumah tangga.
Beruntungnya saya membacanya saat bayi saya masih 2 bulan. Masih banyak waktu
memperbaikinya.
Kurang lebih pada intinya
adalah, masa pertumbuhan anak utamanya di tahun pertamanya (dan bahkan di
Indonesia pun dikenal periode emas 1000 hari pertama) sangat berharga, karena
koneksi neuron-neuron di otaknya terbentuk setiap detiknya.
Ya, detik. Bayangkan kalau ibu
tidak betul-betul memanfaatkan kesempatan yang ada untuk membersamai tumbuh
kembang putra putri tercinta? Yang jelas sih ya, masa-masa itu tidak akan
terulang kembali.
Menjadi IRT penuh waktu
sekaligus freelancer nyambi jualan online bagi saya juga
cukup kewalahan awalnya. Kayaknya sih, gampang ya, bayi
tidur, kerjain kerjaan rumah. Bayi tidur lagi, kerjain tagihan deadline.
Bayi tidur lagi, bungkus pesenan pelanggan. Tapi beneran, sebulan kayak
begini aja, buat saya dramanya gak abis-abis, sampai pada akhirnya saya
belajar untuk bisa menyesuaikan ritme dan menyederhanakan pekerjaan yang ada di
usia bayi memasuki 3 bulan.
Prinsip saya sekarang, pokoknya
mainan sama anak, urusan cucian numpuk, setrikaan numpuk, umpetin
dulu aja, hehe
Kalau dari saya, tipsnya begini
bunda dan calon bunda :
1. Buat jadwal
Saya rasa, baik IRT maupun working
mom pasti punya tanggung jawab terhadap urusan rumah, baik itu menggunakan
jasa asisten maupun tidak. Toh tetap saja, jika asisten sedang absen, ya mamak
juga yang puyeng, hayoooo ngaku
Jadi, jadwal ini penting banget.
Saya tidak menggunakan jasa asisten. Jadi saya menjadwalkan untuk mencuci baju
dua atau tiga hari sekali, setrika seminggu sekali, mengepel dua hari sekali,
ganti seprei seminggu sekali, belanja seminggu dua kali, dll. Pokoknya buat
jadwal terperinci dan jangan sampai juga semua kerjaan ketemu dan numpuk
di hari yang sama, sesuaikan juga jadwal ini dengan kemampuan tubuh kita ya.
2. Kerjakan yang menjadi
prioritas
Terkadang, ada saja yang
membuat kerjaan yang sudah terjadwal jadi maju ataupun mundur. Seringnya sih ya
mundur, hehe. Misal, karena anak sakit, anak rewel, ada hajatan,
kedatangan saudara, atau agenda lain di luar perkiraan. Tenang Bund, keep
calm.
Yes, kerjakan yang menjadi
prioritas terlebih dahulu. Kedatangan saudara misalnya, ya tak apa kalau harus
masak besar dan menyisihkan urusan lainnya. Padahal tangan udah gatel banget
pengen ngeberesin setrikaan, tahan dulu bund, tahaaan.
3. Selalu nomor satukan makan
cukup dan bergizi serta istirahat yang berkualitas
Kalau memang hari ini hanya
pakai baju cukup dua lembar, kenapa harus semuanya di setrika hari ini? Kan
bisa besok lagi. Kalau memang hari ini lantai dan kaca jendela gak
kotor-kotor amat, kenapa harus ngoyo ngebersihinnya hari ini? Kan
bisa besok lagi
Sesekali kotor dan berantakan gapapa
kok, yang penting makan bergizi dan tidur berkualitas. Biar tetep waras dan
gak emosian yaa bunda dan calon bunda, hehe.
4. Jangan sungkan minta tolong
Tidak melulu orang lain akan
`ngeh` kita berharap bantuan tenaga dari mereka jika kita tidak memintanya.
Mintalah tolong, walau itu hanya sekedar untuk menggendong bayi sebentar, dan
kita bisa merapihkan seprei tempat tidur. Kalau minta tolong kepada tetangga,
tentunya harus yang bisa kita percayai yaa bunda.
5. Jangan ditunda-tunda
Yes bund. Pekerjaan yang ada jangan
ditunda-tunda. Misalnya begini, habis makan ya langsung saja cuci piring dan
sendoknya sekalian cuci tangan. Terus, kalo pas anak tidur nyenyak dan kita
merasa masih fit untuk melakukan pekerjaan rumah lainnya, lakukanlah,
karena nanti saat anak melek, itu artinya waktu kita buat bermain
dengannya.
Semuanya dikembalikan lagi ya
ke kondisi kita masing-masing, kalau memang pas anak tidur kita juga ngantuk
berat dan merasa lelah, ya lebih baik kita juga beristirahat.
6. Fokus saat bersama
dengan anak
Kalau sudah bisa menerapkan
poin 1 sampai 5 dalam tulisan kali ini, artinya kita sudah bisa menghadirkan
diri kita sepenuhnya saat bersama anak. Bermain, bercanda, atau ngobrol ringan
dengannya itu niscaya bakal terasa asik banget.
Jadi, selamat mempraktikkan ya
bunda dan calon bunda. Tidak perlu dibawa perasaan jika ada yang menyinggung
soal berantakannya rumah bunda atau calon bunda. Salam waras :)
(Dibagikan dalam grup IIP
Foundation Jaktim, 7/11/2017)
Pict Source: www.google.com
Komentar
Posting Komentar